Bermula dari kisah seorang remaja yang sedang mencari jati
diri. Dia adalah Husna, perempuan yang kekanak-kanakan namun memiliki
rasa ingin tahu yang begitu besar. Di usianya yang ke- 12, ia mengikuti
berbagai kegiatan sekolah seperti pengurus kelas dan aktif di di 6
ekskul (perkusi, ansambel, basket, bulutangkis, pramuka, dan teater).
Tak terasa sudah hampir 2 bulan ia berada di SMP Bina Tunas Muda
Tarakan, ia merasa ada hal yang kurang di dirinya. Entah angin apa yang
telah membuatnya seperti itu, namun dibalik kesibukannya ia sejenak
berfikir untuk apa semua itu. Apa yang dia lakukan sudah benar, tapi
kenapa dia merasa belum menemukan jati dirinya. Di sela-sela
kebingungannya, seorang gadis menghampirinya.
“Door!” teriak Gebi
“Haha…Abis, lu gua panggil ngga nengok-nengok. Oh ya sabtu temenin gua ke Aula yuk.” Jawab
“Ngapain? Gua ada latihan basket besok.”
“Hmm, gua denger-denger sih ada ekskul baru gituu. Nah mereka mau adain launchingnya di Aula. “
“Ooh, emang ekskul apaan sih?”
“ROHIS.”
“Ha? Apaan tuh?”
“Rohani Islam. Ayoo ikut yaa.”
“Ogah ah, paling itu cuman ngaji-ngaji ga jelas, dah gitu bakal
ngebetein banget tuh acara! Lagian kan ROHIS itu sarang teroris, mau aja
sih lo ikut-ikutan kayak gitu.”
“Ish…Ayooo laah, Husna. Lagian kan disana kita cuman nonton, games,
sama training motivasi gituu. Pleaaasee, temenin gua dong, na.”
“Huft, ok,ok. “
“Hihi, gua tunggu besok jam 8 di depan Aula yah.”
“Iyaa, iya.”
Keesokan harinya, Husna dan Gebi menghadiri launching ROHIS. Disana
ada banyak hal yang membuat dua gadis ini penasaran seperti kakak-kakak
panitia yang perempuan mengenakan kerudung yang begitu panjang, pintu
masuk perempuan dan laki-laki yang dipisah, pengemasan acara launching
yang begitu pas dengan anak SMP, dan masih banyak lagi.
“Assalamu’alaikum say, mau ikut ekskul ROHIS ga?” tanya seorang wanita muda di meja registrasi
“Wa’alaikumussalam, wah maaf kak. Saya dah begitu sibuk sama
ekskul-ekskul saya. Terus saya juga males yang namanya ngaji.”jawab
Husna dengan nada datar
“Tak apa say, tapi sebaiknya kamu coba dulu aja ikutin minimal 1 kali
pertemuan. Disini kita ga cuman belajar ilmu agama aja, kita juga bisa
belajar pengetahuan umum, nonton, games, pokoknya seru deh.”kata wanita
itu sambil tersenyum
Akhirnya Husna dan Gebi menjadi anggota ROHIS, disana mereka
merasakan banyak hal yang belum pernah mereka dapatkan. Namun, Husna
bukanlah tipe orang yang mudah diajak kebaikan seperti Gebi. Dia di
ROHIS awalnya hanya ingin memenuhi ajakan Gebi dan penasaran dengan
sikap murobbiah yang begitu sopan dan penuh senyum kepadanya padahal
Husna selalu usil.
Tak terasa sudah 3 tahun ia di ROHIS dengan seorang murobbiah yang
mengajarinya makna hidup, arti cinta sejati, serta betapa berharganya
ilmu. Kemudian Husna melanjutkan studinya ke SMA Pelita Muda hanya
karena ingin mentoring dengan Ka Muti. Disana ia merasa sedikit sedih
karena ka Muti mengisi halaqah kelas XI, sementara kelas X dipegang
kakak kelas XII. Selain itu, gedung SMA Pelita Muda yang sudah tua
membuatnya semakin ragu untuk melanjutkan studinya disana. Apalah daya
Husna, nasi telah menjadi bubur. Semua yang ia mau tak semulus yang ia
harapkan. Ia juga malu kalau teman-teman SMPnya menanyakan dimana ia
bersekolah.
“Janganlah lihat sesuatu dari kulitnya, lihatlah sampai kedaging dan
bijinya. Memang gedung SMA ini udah tua, tapi bukan berarti SMA ini ga
bisa menghasilkan lulusan terbaik. Banyak dari kakak kelas kita yang
melanjutkan studi diluar negri dan beberapa PTN favorit.”ujar seorang
kakak kelas saat MOPDB
SMA Pelita Muda adalah salah satu SMA unggulan dikota Tarakan,
walaupun bukan sekolah islam tapi disinilah Husna mengenal Islam lebih
dalam. Sejak awal MOPDB, seluruh siswa-siswi muslim diwajibkan mengikuti
mentoring, solat duha di masjid, solat berjamaah, dan kenal teman-teman
satu angkatan. Rohis bukanlah ekskul, namun sebuah program yang
diwajibkan oleh pihak sekolah karena sekolah benar-benar memahami
pentingnya keseimbangan antara IQ, ESQ, dan EQ. Sekolahpun percaya
dengan adanya Rohis yang menjadi program resmi sekolah bisa menekan
angka kenakalan remaja.
Husna pun semakin bersemangat mengikuti berbagai kegiatan maupun
kepanitiaan di Rohis,OSIS, maupun ekskul disekolahnya. Sungguh, kini ia
merasa begitu nyaman berada di “gubuk tua” karena disinilah ia mulai
menemukan jati diri dan pendewasaan diri.
Tibalah saat dimana tongkat estafet dakwah SMA Pelita Muda bergulir
ditangan Husna dan ia dikirim sebagai delegasi luar sekolahnya. Kini ia
pun aktif di organisasi luar sekolah sebagai Ko.A Divisi Luar RTB (Rohis
Tarakan Bangsa) yang menaungi Rohis-rohis se kota Tarakan.
Di RTB, Husna belajar banyak hal seperti mengerti sebelum
dimengerti, menjadi lebih dewasa dalam menyelesaikan masalah, mengenal
karakter orang lain, dan masih banyak lagi. Namun itu semua tidaklah
terlepas dari berbagai lika-liku yang ia jalani selama di RTB karena
pelaut yang handal dihasilkan oleh laut yang penuh gelombang dan badai.
Futur itu pasti pernah dialami dirinya, namun ia tak
ingin berlarut-larut dalam kefuturan karena sesungguhnya futur dan
keiklasan dalam beramal tergantung diri kita. Jika diri berkehendak
futur dan tidak diisi dengan siraman ruhiyah serta pembekalan yang
matang maka jadilah ia bagian orang-orang yang terseleksi oleh alam
seperti teman-teman Husna di RTB.
Hingga suatu ketika ketua RTB mengalami futur selama hampir 3 bulan
lamanya dan selama itu pula ia menjalankan amanah yang seharusnya sang
ketua lakukan. Husna merasa gagal dalam mengemban amanahnya karena TQ
(taqliful qulub) yang ia adakan selalu gagal. Disela-sela kesedihannya,
terpancar cahaya harapan yang dimana ia selalu mendo’akan
saudara-saudarinya agar kembali di RTB tuk sama-sama menjalankan amanah
sampai habis dan ia selalu berdo’a agar Allah membalikkan hati
sahabatnya ke jalan cinta-Nya.
Tiga bulan mendekati akhir amanah, lagi-lagi tekanan dan
ujianpun silih berganti. Orang tua Husna menyuruhnya keluar dari RTB dan
berbagai organisasi luar sekolah karena ia harus fokus membantu orang
tuanya di kantor dan persiapan ujian akhir. Husna tak dapat menolak
perintah orang tuanya. Ridhallah fii ridha walidain, su’thullah fii
su’thu walidain. Yah, itulah yang sering diingatkan oleh gurunya
disekolah. Meskipun Husna tak lagi di RTB, ia selalu berharap tuk dakwah
yang lebih baik di ROHIS Pelita Bangsa dan RTB (Rohis Tarakan Bangsa).
Di hari perpisahannya dengan anak RTB, Ketua RTB
tiba-tiba datang kesekolahnya dan ia mengatakan tidak jadi keluar dan
tetap bersama-sama dijalan dakwah. Itulah roda kehidupan, mereka bertemu
dan berpisah karena-Nya.
Writer : Yuni_SMA N 14 Jakarta
0 comments:
Posting Komentar